1. Persiapan Mikropropagasi Tanaman
Mempersiapkan bahan tanaman yang akan dipergunakan sebagai eksplan. Eksplan dapat berasal dari : daun, tunas, cabang, batang, akar, embrio, kotiledon, hipokotil, epikotil dll.
Persiapan selanjutnya adalah sterilisasi ruangan yang akan dipakai untuk kegiatan praktek kultur jaringan, sterilisasi alat-alat, sterilisasi tempat penanaman (entkas, laminar air flow / laf) dan sterilisasi bahan tanaman
Persiapan selanjutnya adalah sterilisasi ruangan yang akan dipakai untuk kegiatan praktek kultur jaringan, sterilisasi alat-alat, sterilisasi tempat penanaman (entkas, laminar air flow / laf) dan sterilisasi bahan tanaman
.
2. Kegiatan Kultur Jaringan Tanaman.
a. Penanaman / Induksi (kultur aseptik)
Eksplan atau kultur dapat terkontaminasi oleh berbagai mikrooganisme seperti jamur, bakteri, serangga atau virus. Organisme – organisme tersebut secara universal terdapat pada jaringan tanaman. Kondisi in vitro yang disukai eksplan, yaitu mengandung sukrosa dan hara dalam konsentrasi tinggi, kelembaban tinggi dan suhu yang hangat, juga disukai mikroorganisme yang seringkali tumbuh dan berkembang sangat cepat, mengalahkan pertumbuhan eksplan.
Jika permukaan tanaman ditutupi oleh rambut atau sisik, perhatian mesti diberikan untuk memastikan penetrasi bahan kimia, karena kontak dengan organisme sangat penting untuk sterilisasi. Ini biasanya dicapai dengan menambahkan detergen, digoyang –goyang, atau membenamkan eksplan dengan sedikit tekanan untuk mengilangkan gelembung udara yang mungkin mengandung mikroorganisme.
Jika permukaan tanaman ditutupi oleh rambut atau sisik, perhatian mesti diberikan untuk memastikan penetrasi bahan kimia, karena kontak dengan organisme sangat penting untuk sterilisasi. Ini biasanya dicapai dengan menambahkan detergen, digoyang –goyang, atau membenamkan eksplan dengan sedikit tekanan untuk mengilangkan gelembung udara yang mungkin mengandung mikroorganisme.
b. Multiplikasi / tahap perbanyakan tanaman
Jika kultur aseptik telah berhasil diperoleh, tujuan berikutnya adalah untuk menginduksi multiplikasi. Pada beberapa spesies, eksplan mungkin akan membentuk akar pada tahap awal pertumbuhan di media yang sederhana. Spesies lain menghasilkan banyak tunas tanpa perlakuan khusus. Dalam hal ini, kebutuhan akan media yang lebih kompleks tergantung pada tingkat multiplikasi yang diperoleh atau diperlukan.
Multiplikasi tunas dapat diperoleh dengan beberapa cara.
1. Ujung tunas yang sudah ada akan memanjang menghasilkan ruas dan buku baru yang nantinya dapat dipotong lagi
2. Tunas lateral yang ada pada eksplan akan menghasilkan tunas yang selanjutnya akan menghasilkan tunas baru. Seringkali tunas lateral ini sulit dilihat dengan mata telanjang, tapi sebagian besar titik tumbuh daun (leaf axil) mengandung banyak calon tunas
3. Perkembangan tunas adventif. Pada banyak spesies, organ tanaman seperti akar, tunas, atau umbi dapat diinduksi untuk membentuk jaringan yang biasanya tidak dihasilkan pada organ ini. Organogenesis adventif seperti ini lebih berpotensi dibandingkan induksi tunas aksilar untuk perbanyakan klonal tanaman.
4. Somatik embryogenesis. Potensi terbesar multiplikasi klon adalah melalui somatic embryogenesis, dimana 1 sel dapat menghasilkan 1 embrio dan menjadi tanaman lengkap. Somatic embryogenesis dapat terjadi pada kultur suspensi atau kadang terjadi pada kalus.
1. Ujung tunas yang sudah ada akan memanjang menghasilkan ruas dan buku baru yang nantinya dapat dipotong lagi
2. Tunas lateral yang ada pada eksplan akan menghasilkan tunas yang selanjutnya akan menghasilkan tunas baru. Seringkali tunas lateral ini sulit dilihat dengan mata telanjang, tapi sebagian besar titik tumbuh daun (leaf axil) mengandung banyak calon tunas
3. Perkembangan tunas adventif. Pada banyak spesies, organ tanaman seperti akar, tunas, atau umbi dapat diinduksi untuk membentuk jaringan yang biasanya tidak dihasilkan pada organ ini. Organogenesis adventif seperti ini lebih berpotensi dibandingkan induksi tunas aksilar untuk perbanyakan klonal tanaman.
4. Somatik embryogenesis. Potensi terbesar multiplikasi klon adalah melalui somatic embryogenesis, dimana 1 sel dapat menghasilkan 1 embrio dan menjadi tanaman lengkap. Somatic embryogenesis dapat terjadi pada kultur suspensi atau kadang terjadi pada kalus.
c. Perakaran
Persiapan planlet untuk ditanam di tanah, perakaran planlet harus cukup mendukung.
Jika banyak tunas sudah dihasilkan, tahap selanjutnya adalah inisiasi akar in vitro. Cara mudah dan praktis adalah dengan mengakarkan stek mikro di luar kultur, terutama untuk spesies – spesies yang mudah berakar. Ini tidak memerlukan media baru dan perlunya bekerja pada kondisi aseptik. Kelembaban tinggi diperlukan untuk menghindari kekeringan tunas baru yang masih lunak. Stek mikro dapat diberi perlakuan hormon (tepung auksin atau pencelupan pada larutan auksin) seperti pada stek biasa.
Keuntungan lain pengakaran di luar kultur adalah tipe akar yang dihasilkan lebih beradaptasi pada lingkungan luar/tanah. Stek mikro yang diakarkan pada media kultur biasanya memiliki morfologi yang beradaptasi pada air dan bukan pada tanah, sehingga kadang tidak berfungsi normal saat dipindah ke lapang.
Jika mengakarkan pada media kultur, auksin diperlukan untuk menginduksi pembentukan akar. Sitokinin biasanya menghambat pembentukan akar.
Jika banyak tunas sudah dihasilkan, tahap selanjutnya adalah inisiasi akar in vitro. Cara mudah dan praktis adalah dengan mengakarkan stek mikro di luar kultur, terutama untuk spesies – spesies yang mudah berakar. Ini tidak memerlukan media baru dan perlunya bekerja pada kondisi aseptik. Kelembaban tinggi diperlukan untuk menghindari kekeringan tunas baru yang masih lunak. Stek mikro dapat diberi perlakuan hormon (tepung auksin atau pencelupan pada larutan auksin) seperti pada stek biasa.
Keuntungan lain pengakaran di luar kultur adalah tipe akar yang dihasilkan lebih beradaptasi pada lingkungan luar/tanah. Stek mikro yang diakarkan pada media kultur biasanya memiliki morfologi yang beradaptasi pada air dan bukan pada tanah, sehingga kadang tidak berfungsi normal saat dipindah ke lapang.
Jika mengakarkan pada media kultur, auksin diperlukan untuk menginduksi pembentukan akar. Sitokinin biasanya menghambat pembentukan akar.
d. aklimatisasi
Penanaman di tanah pada kondisi taraf penyesuaian dengan lingkungan yang baru.
Stek mikro, atau tanaman yang sudah berakar, selanjutnya ditransfer ke tanah, akan mengalami perubahan lingkungan yang dapat menyebabkan stress pada tanaman. Ini seringkali merupakan tahap kritis dalam keseluruhan kegiatan kultur jaringan.
Lingkungan kultur in vitro meliputi kelembaban yang tinggi, bebas pathogen, suplai hara yang optimal, intensitas cahaya rendah dan suplai sukrosa dan media cair atau gel. Tanaman yang dihasilkan dengan kultur in vitro beradaptasi pada kondisi tersebut. Ketika terkespos pada lingkungan luar, tanaman kecil ini harus dapat beradaptasi pada lingkungan yang baru. Jika transisinya terlalu keras, tanaman akan mati.
Stek mikro, atau tanaman yang sudah berakar, selanjutnya ditransfer ke tanah, akan mengalami perubahan lingkungan yang dapat menyebabkan stress pada tanaman. Ini seringkali merupakan tahap kritis dalam keseluruhan kegiatan kultur jaringan.
Lingkungan kultur in vitro meliputi kelembaban yang tinggi, bebas pathogen, suplai hara yang optimal, intensitas cahaya rendah dan suplai sukrosa dan media cair atau gel. Tanaman yang dihasilkan dengan kultur in vitro beradaptasi pada kondisi tersebut. Ketika terkespos pada lingkungan luar, tanaman kecil ini harus dapat beradaptasi pada lingkungan yang baru. Jika transisinya terlalu keras, tanaman akan mati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar